Mengemudi saat Hamil

JAKARTA – Mengemudi selagi berbadan dua, mengapa tidak. Kegiatan yang mungkin sudah menjadi rutinitas bagi sebagian kaum wanita ini, masih dapat dilakukan walaupun dalam keadaan hamil. Namun, aktifitas ini haruslah dilakukan dengan lebih hati-hati. Mengemudi pada masa kini bukanlah kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh kaum pria. Tapi bagaimana bila si ibu sedang hamil, mungkinkah aktifitas mengemudi yang sudah menjadi rutinitas dihentikan untuk sementara waktu sampai si bayi lahir dan ibu kembali kuat untuk mengemudi?
Jawabannya bermacam-macam. Ada yang setuju kegiatan itu dihentikan sementara waktu, ada juga yang berpendapat mengemudi masih dapat dilakukan oleh ibu hamil. Apapun itu, mengemudi haruslah dilakukan dengan hati-hati, terlebih bagi ibu hamil.
Sebelum sampai pada apa yang dapat atau tidak dapat dilakukan oleh para calon ibu dalam mengemudi. Sebaiknya dipahami terlebih dahulu bahwa meski tergolong kegiatan berisiko tinggi, ibu hamil tetap dapat mengemudi dengan aman dan nyaman. Para ahli kandungan sepakat wanita hamil masih dapat mengemudi dengan bebas hingga usia kandungan tujuh bulan. Ini karena ukuran membuncitnya perut masih relatif kecil. Lagi pula posisi janin masih mobile. Masih dapat bergerak agak bebas dalam air ketuban yang juga bersifat meredam getaran.

Peredam Kejut
Hal pertama yang harus diingat adalah pilihlah kendaraan yang paling nyaman. Kenyamanan kendaraan ditunjang oleh sistem suspensi yang diadopsi kendaraan yang digunakan. Suspensi berguna untuk mempersingkat getaran yang dialami pegas. Jenis mobil yang dikendarai wanita hamil sebaiknya yang bersuspensi lembut. Sistem suspensi lembut menjamin getaran yang dialami sang ibu tidak terlalu keras dan cepat hilang. Guncangan mobil berpengaruh terhadap tingkat kelelahan ibu.
“Sistem suspensi yang menggunakan per keong (helical spring), seperti yang banyak diadopsi oleh sedan, mobil-mobil kecil, van, dan sebagian minibus keluaran terbaru lebih cocok bagi ibu hamil. Hanya saja kabin minibus umumnya agak tinggi, sehingga cukup sulit untuk menaikinya.” ujar Cakra Wiyata, Business Development ZF Trading Indonesia, produsen peredam kejut dan kopling Sachs, Selasa (19/10).
Cakra Menambahkan, sebaiknya hindari mobil-mobil seperti jip (apalagi yang offroad). Jip biasanya menggunakan pegas daun (leaf spring), yang lebih kaku dan keras ketimbang per keong. Apapun sistem suspensi kendaraan, hindarilah rute jalan yang berlubang-lubang atau jelek sekali.
Posisi tempat duduk harus nyaman. Caranya, mundurkan tempat duduk (jok) untuk memberi ruang lebih besar, dan mundurkan jok sekitar 30 derajat ke belakang. Jadi, kemudi tidak mengenai perut dan tangan tidak sulit memegang kemudi. Perlu diperhatikan posisi kaki, tidak boleh menggantung dengan tetap dapat menjangkau pedal gas, kopling dan rem.
Bila ingin lebih nyaman tanpa takut perut tersenggol kemudi, bisa gunakan bantal kecil antara perut dengan setir. Pemilihan sabuk pengaman juga menentukan bagi kenyamanan. Pilihlah sabuk pengaman dengan tiga titik yang dapat disesuaikan, yaitu sabuk pengaman yang dapat mengikuti gerak tubuh (elastis), namun saat terjadi benturan mampu menyentak ke belakang.(tot)

***


Sumber : sinarharapan.co.id